(: ASSALAMU’ALAIKUM WAROHMATULLAH WABAROKATUH :)

Senin, 11 April 2011

Jalan Cinta Para Pejuang

by : Salim A. Fillah

di sana, ada cita dan tujuan
yang membuatmu menatap jauh ke depan
di kala malam begitu pekat
dan mata sebaiknya dipejam saja
cintamu masih lincah melesat
jauh melampaui ruang dan masa
kelananya menjejakkan mimpi-mimpi

lalu di sepertiga malam terakhir
engkau terjaga, sadar, dan memilih menyalakan lampu
melanjutkan mimpi indah yang belum selesai
dengan cita yang besar, tinggi, dan bening
dengan gairah untuk menerjemahkan cinta sebagai kerja
dengan nurani, tempatmu berkaca tiap kali
dan cinta yang selalu mendengarkan suara hati

teruslah melanglang di jalan cinta para pejuang
menebar kebajikan, menghentikan kebiadaban, menyeru pada iman
walau duri merantaskan kaki, walau kerikil mencacah telapak
sampai engkau lelah, sampai engkau payah
sampai keringat dan darah tumpah

tetapi yakinlah, bidadarimu akan tetap tersenyum
di jalan cinta para pejuang

Sabtu, 19 Maret 2011

Jika Dia Bukan Jodohku


“Kenapa,, kenapa bukan dia yang menjadi jodohku? Padahal aku berharap banget untuk menikah dengannya. Huuufth. :(“, keluh seorang perempuan yang gagal menikah dengan seorang ikhwan yang ia dambakan. 

Saudariku yang nika sayangi, rasa sedih dan kecewa itu wajar, perasaan kecewa adalah bagian dari gharizatul baqa’ (naluri mempertahankan diri) yang Allah ciptakan pada manusia. Dengannya, manusia adalah manusia, bukan hanya onggokan daging dan tulang belulang.  Ia juga bukan robot yang bergerak tanpa perasaan, tapi manusia memiliki aneka emosi jiwa.  Ia bisa bergembira tapi juga bisa kecewa.
Tapi saudariku, taukah engkau, bahwa setiap yang terjadi pasti ada hikmahnya untuk kita?

وَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ وَاللهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لاَ تَعْلَمُونَ
Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui. (Al-Baqarah: 216)

Ingat kawan, Allah memang tak selalu memberikan apa yang kita inginkan, tapi Allah selalu memberikan apa yang kita butuhkan. Allah lebih tau apa yang terbaik bagi kita, lebih dari pengetahuan kita terhadap diri kita sendiri. Dan, Allah lebih mencintai kita daripada kecintaan kita terhadap diri kita sendiri. Yah, percayakan semua pada Allah, mohonlah kepada-Nya jodoh yang terbaik untuk kita menurut pandangan-Nya.

Jangan berlarut-larut dalam kesedihan, karena rasa sedih hanya akan membuat hati menjadi kecut, wajah berubah muram, semangat makin padam dan harapan kian menghilang. So, laa tarzan, ups
LAA TAHZAN kamsudnya ^-^

:::Jika dia bukan jodohku, ku yakin ada yang lebih baik dan terbaik yang dipilihkan dan disiapkan ALLAH untukku::::

Nikaca yang Berdebu_20.03.11

Kamis, 17 Maret 2011

Belajar Menerima Kekurangan Pasangan Kita

Tidak ada manusia yang sempurna. Sebuah kalimat klise, namun sangat mendalam artinya.

Manusia yang menuntut kesempurnaan dari sesuatu hanya akan menemukan bahwa dirinya telah menjadi pribadi yang kurang bersyukur. Begitupun dalam kehidupan suami dan istri sehari hari. Sebuah hubungan yang sempurna tidak berarti selalu baik dan harmonis dan atau mempunyai kesamaan dalam segala hal. Namun kesempurnaan adalah tentang melengkapi dan mengerti satu sama lain. Itulah rahasia Allah azza wa jalla yang tersimpan dengan nama Perbedaan. Suami istri mempunyai latar belakang,  pemikiran dan banyak hal lain yang berbeda, namun justru disinilah nikmatnya, perbedaan itu bisa menjadi pelengkap bagi kekurangan satu dengan yang lain.

Perbedaan hanya akan menjadikan konflik yang tidak sehat jika seseorang suami atau istri kekeh menilai pasangannya tidak sejalan dengan keinginan ataupun selera mereka. Tapi bukankah pernikahan adalah tentang "kita" dan bukan " kamu" atau " aku" ?.

Keegoisan dan penilaian dengan harga mati atas kekurangan pasangan kita adalah salah satu sumber yang tidak sehat dalam hubungan keluarga. Bukankah manusia tempatnya salah dan lupa? dan kalausaja mereka tahu dari awal tentang efek buruk dari kesalahan itu, mereka akan sangat menjauhkan diri dari melakukan kesalahan dan atau mengijinkan diri mereka mempunyai kekurangan  tersebut? Dari itulah Allah mengajarkan kita tentang indahnya memaafkan.

Dan bukankah suami istri hanyalah sebagai manusia yang hanya dapat menerima tanpa bisa "memesan" karakter, sifat ataupun kekurangan yang diberikan Allah kepada mereka. Cara cantik yang justru diberikan Allah inilah yang bisa dimanfaatkan sebagai ladang amal dan ibadah untuk menciptakan sebuah kesempurnaan, yaitu lewat perpaduan dua perbedaan dari suami dan istri.

Dengan adanya kesadaran dan kerelaan hati memahami itu semua, insyaallah keadaan rumah tangga akan lebih mententramkan, dan insyaallah menjauhkan sebuah hubungan dari konflik yang merusak.

Kadang tanpa kita sadari, atas nama ego dan atau pembenaran terhadap ego masing masing, suami atau istri memulai sebuah konflik. Namun bagi mereka yang ingin benar benar membina hubungan yang harmonis, konflik akan "berlangsung" secara sehat tanpa harus saling menyakiti atau malah mendholimi di akhir ceritanya. Jadi, konflik memang tidak selalunya buruk. Hal ini berlaku bagi suami istri yang mau belajar dan ingin mendidik diri untuk lebih mendapatkan keluasan hati. Sebagai hasilnya, mereka akan menjadikan konflik sebagai cara untuk introspeksi dan mengetahui kekurangan masing masing.

Selamat menikmati kekurangan yang ada pada pasangan kita, dan mari menjadikannya sebagai ladang amal ibadah untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah. Semua yang terjadi dan apa yang Allah takdirkan atas kita pasti mengandung sebuah misi untuk menjadikan kita pribadi yang belajar, dewasa, dan belajar untuk dewasa. Walaupun ada banyak kekurangan pasangan kita, insya Allah terkandung lebih banyak kebaikan, dan bahkan bisa jadi kekurangan yang diasah secara lembut dan lebih telaten, lambat laun akan berubah menjadi kelebihan. Semua itu tergantung bagaimana kita menyikapi dan bersyukur atas hal yang bernama kekurangan. 


Oleh ; syahidah


Selasa, 15 Maret 2011

Mengeluh dan Merasa Sempit dengan Kehidupan?

Sebagian istri ada yang mengeluhkan kehidupannya dan tidak bisa menerima penghasilan suaminya. Ia ingin hidup seperti Fulanah atau seperti salah seorang karib keluarganya.

Engkau lupa bahwa Allah tidaklah menciptakan manusia sama rata. Allah menciptakan orang kulit putih dan orang kulit hitam, orang kaya dan orang miskin, orang kuat dan orang lemah.
Agar engkau dapat menenangkan dirimu hendaklah camkan hadits berikut ini
“Lihatlah orang yang dibawahmu dan jangan lihat orang yang diatasmu, hal itu lebih baik sehingga engkau tidak menyepelekan nikmat Allah.” (HR Muslim)
Ingatlah selalu bahwa kebahagiaan bukan hanya terletak pada harta semata. Berapa banyak wanita yang memiliki suami kaya hartanya namun bakhil perasaan dan cintanya. Sementara yang lain memiliki suami yang fakir hartanya namun kaya perasaannya dan cinta kepada istri dan rumahnya.
Hendaklah seorang istri selalu ridha menerima suaminya yang mencintai dirinya. Kebahagiaan itu bukan hanya terletak pada makanan dan minuman, bukan berhias dengan pakaian mahal, perabotan mewah, emas perak dan kendaraan yang banyak. Namun kekayaan itu letaknya dalam dada dan hati yang tenang, penuh dengan cinta dan keimanan.
***
Disalin dari buku Agar Suami Cemburu Padamu, karya Dr. Najla’ As Sayyid Nayil, Pustaka At Tibyan

Senin, 14 Maret 2011

Terima Dia Apa Adanya

Sebagaimana dalam QS An Nisaa: 21, yang bunyinya:
" dan mereka (istri-istrimu) telah mengambil dari kamu perjanjian yang kuat"

Demikian agungnya ikatan pernikahan hingga sebanding dengan separuh agama. Begitulah, keputusan dua insan berbeda untuk menikah tentunya dengan pertimbangan matang, paham dan tahu tujuan dari pernikahan. Mengerti betul perbedaan akan disatukan dalam perkawinan. Hingga pemahaman-pemahaman dari ini diharapkan akan membawa pada keharmonisan dan kelangsungan pernikahan pada keabadian.

Pernikahan adalah bangunan yang bertiang Adam dan Hawa yang membangun kecintaan dan kerjasama, penuh mawadah, ketenteraman, pengorbanan, dan juga hubungan rohani yang mulia dan keterikatan jasad yang disyariatkan.

"Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir." (Ar-Ruum :21).

Ayat ini merupakan pondasi kehidupan yang diliputi suasana perasaan yang demikian sejuk. Istri ibarat tempat bernaung bagi suami setelah seharian bekerja keras. Penghiburnya di saat lelah. Suasana rumah yang penuh belas kasih hingga menumbuhkan ketenteraman. Sebaliknya suami yang baik akan memberikan timbal balik yang sama.

Suami sebagai pemimpin rumahnya dengan bantuan dan dukungan istri akan bertindak sebijaksana mungkin mengatur rumah tangganya tanpa harus bersikap otoriter. Dan jika tugas suami istri berjalan seimbang maka akan memberi ketenteraman dan kemantapan dalam hubungan suami istri. Dan anak-anak yang tumbuh dalam `lembaga` yang bersih ini akan tumbuh dengan baik. Sebab individu yang bernaung di dalamnya tahu hak dan kewajibannya sebagaimana sabda Rasulullah,

``Setiap kamu adalah pemimpin, dan setiap pemimpin bertanggungjawab atas yang dipimpinnya.``

Suami memiliki hak yang besar atas istrinya. Di antara hak itu misalnya:

Menjaga kehormatan dan harga dirinya, mengurusi anak-anak, rumah dan hartanya saat suami tak ada di sisinya. Allah l berfirman :

``.. wanita yang shalihah adalah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri saat suaminya tidak ada karena Allah telah memelihara mereka`` (QS An Nisaa: 34)

Dalam haditsnya Rasulullah bersabda,

``Seorang wanita adalah pemimpin di rumah suaminya dan bertanggungjawab atas kepemimpinannya.`` (Riwayat Bukhari Muslim).

Berpenampilan menyenangkan di depan suami dan bersikap manis. Sebagaimana Rasulullah bersabda,

``Sebaik-baik wanita adalah yang bisa membuatmu senang saat engkau pandang, menaatimu saat engkau perintah dan menjaga dirinya dan hartamu saat engkau tinggal.`` (Riwayat Tabrani)

Hak lain suami adalah tidak mengizinkan istri memasukan orang yang dibenci suami, menjaga rahasia suami istri termasuk dalam urusan ranjang, berusaha menjaga kelanggengan bahtera rumah tangga, tidak meminta cerai tanpa sebab syar`i.

Dari Tsauban, Rasulullah berkata, ``wanita manapun yang minta cerai kepada suami tanpa sebab, maka haram baginya mencium bau surga``. (Riwayat Tirmidzi, Abu Daud).

Selain itu istri harus banyak bersyukur dan tidak banyak menuntut. Perintah ini sangat ditekankan Islam, bahkan ancaman Allah tak akan melihatnya pada hari kiamat kelak jika istri berbuat demikian.

``Sesungguhnya Allah tidak akan melihat kepada seorang wanita yang tidak bersyukur kepada suaminya dan dia selalu menuntut (tidak pernah merasa cukup)``

Masih banyak hak-hak suami atas istrinya. Di samping itu suami pun harus memberikan hak istrinya serta menjalankan kewajibannya. Di antaranya adalah memberi makan pada istri apabila ia makan, memberikannya pakaian, tidak memukul wajah istri, tidak menjelek-jelekkan kekurangannya, tidak meninggalkan istri melainkan di dalam rumah, memperlakukan dengan lembut dan menggaulinya dengan baik.

Selain suami memiliki kewajiban memberi nafkah lahir batin, suami berkewajiban mengajarkan ilmu agama apalagi ia memegang kepemimpinan dalam rumah tangga. Hingga ia pun wajib membekali diri dengan ilmu yang syar`i, dengan demikian ia akan mampu membawa keluarganya, istri dan anaknya dalam kebaikan. Jika ia tidak sanggup, mengajar mereka, suami harus mengajak mereka menuntut ilmu syar`i bersama ataupun menghadiri majelis-majelis ilmu. Suami pun harus memberi teladan baik dalam mengemban tanggung jawabnya dan atas apa yang dipimpinnya.

Menerima Kekurangan dan Kelebihan

Kita melihat bagaimana al-Qur`an membangkitkan pada diri masing-masing pasangan suami istri suatu perasaan bahwa masing-masing mereka saling membutuhkan satu sama lain dan saling menyempurnakan kekurangan.

Ibaratnya wanita laksana ranting dari laki-laki dan laki-laki adalah akar bagi wanita. Karena itu akar selalu membutuhkan ranting dan ranting selalu membutuhkan akar. Sebagaimana firman Allah dalam al-A`raf 189,

``Dialah yang menciptakan kamu dari diri yang satu dan daripadanya, Dia menciptakan istrinya, agar dia merasa senang kepadanya.``

Dengan memahami hal ini, kehidupan rumah tangga akan tenteram. Dan tenang berlayar, sangat mustahil ditemukan sepasang suami istri yang sempurna segala sesuatunya. Yang bisa dilakukan adalah dengan jalan saling memahami dan menghargai satu sama lain.

Menerima apa adanya kekurangan atau kelebihan pasangan. Tidak membandingkan pasangan kita dengan yang lain. Karena hal-hal seperti ini tidak akan membuat nyaman hubungan namun hanya akan menjadikan kita makin sensitif dengan segala perbedaan. Dan sekali lagi memaafkan semua kekurangan pasangan adalah lebih baik. Hargailah segala kelebihannya. Dan berterima kasihlah atas semua yang telah dikerjakan dan diberikan pasangan pada kita. Insyaallah ini akan membuat makin manisnya hubungan dengan pasangan.

Mungkin ada hal-hal yang tak kita sukai pada pasangan kita, namun bukanlah masih ada hal-hal baik yang kita sukai dan lihat ada padanya? Kita harus bijaksana menyikapi hal ini.

Kita tak perlu berpura-pura dan menutupi kekurangan kita hanya karena takut tak sempurna di hadapan si dia. Karena bisa saja justru hal ini akan menyeret kita pada hal-hal berbahaya. Moralnya saja dengan berbohong menjanjikan ini dan itu serta janji setinggi langit. Padahal kita tahu tak akan bisa memenuhinya. Jika pasangan tahu tentu ia akan marah dan jengkel hingga membuahkan pertengkaran dan hal-hal buruk lain. Bukanlah lebih baik kita selalu tampil apa adanya, karena itu tak akan membebani kita ?

Sungguh, jika si dia benar-benar mencintai kita tentu dia akan menerima kita apa adanya. Mau menerima kekurangan dan kelebihan kita. Tanpa basa-basi. Yang perlu diingat kita selalu berusaha memberikan yang terbaik untuknya, semampu kita. Insyaallah di rumah kita.

Oleh : ummu fatimah ahmad


Mukjizat Cinta Seorang Istri

Apa yang paling diharapkan seorang laki- laki? wanita cantikkah? wanita kayakah? wanita dari keturunan terhormatkah? atau wanita pelembut hati mereka?

Sehebat hebatnya para laki-laki mereka membutuhkan wanita yang akan bisa lebih menghebatkan mereka. Sekuat kuatnya para laki laki, mereka membutuhkan wanita yang bisa lebih menguatkan pertahanan diri mereka. Sesangar sangarnya para laki laki, mereka membutuhkan wanita untuk menaklukan kebekuan diri dan hati mereka, dan setangguh tangguhnya para laki laki- laki, mereka membutuhkan wanita yang lebih tangguh untuk menegakkan hati mereka saat terpuruk.

Dan bahasa iman mereka menuntun jiwa dan hatinya dalam sebuah ikatan yang halal dimata Allah. Ikatan yang suci bersama seorang wanita yang bernama istri.

Karena istrilah kebahagiaan seorang suami terasa lebih lengkap. Dan sebaliknya, kehilangan sosok bahkan peran istri dalam rumah mereka yang megah sekalipun, akan menyebabkan kehampaan bagi hidup dan hati mereka. Bukan selalunya harta, kecantikan, kedudukan dan keturunan yang dimiliki seorang istri yang menjadi pendamai dalam rumah suami, namun cinta yang tulus demi pengabdian kepada Allah yang justru mengabadikan kehangatan didalamnya.

Tangan kokoh laki laki akan terasa lemah saat mereka melangkah sendiri tanpa seorang makhluk  "lemah" yang menguatkan mereka, itulah keajaiban wanita. yang justru dalam "kelemahan" itu terkandung kekuatan untuk menguatkan suami yang didasari oleh cinta yang tulus sebagai perwujudan pengabdian kepada Allah.

Kekerasan hati laki- laki seketika akan lumer menyaksikan ketelatenan seorang wanita yang kadang bertindak atas dasar perasaan mereka yang penuh kasih sayang.

Dan kemandirian laki laki akan terasa kosong, setelah menyadari kealpaan seorang wanita yang dapat menjadi partner berbagi mereka.

Kesungguhan cinta seorang istri, bahkan bisa membuat seorang suami tak hanya berfokus terhadap tujuan hidupnya, tetapi juga bersemangat mencapai tujuan tersebut. Cinta seorang istri, menempatkan mereka pada posisi penasihat yang terpercaya, sekaligus penyemangat nomor satu dalam hidup suami. Saat seorang suami merasa memiliki istri yang amat mencintainya, ia akan berusaha dengan segenap upaya untuk bisa membuat pasangannya tersebut bangga, dan hal ini akan menjadi motivator terbesar dalam hidupnya.   

Cinta adalah selalu tentang keindahan, apalagi jika terwujud sebagai cerminan dari iman dan pengabdian kepada Allah. Dan cinta istri memiliki keindahan yang tidak dapat terbayar oleh apapun bagi para suami. namun satu pertanyaan PR untuk para suami, sudahkah dan akankah mereka menghargai keajaiban cinta itu?

Oleh : Syahidah


Kecantikan Wanita Itu Bernama Pengabdian

Ketika seorang wanita memasuki gerbang pernikahan, maka kehidupan "normalnya" akan sedikit mengalami perubahan. Bagi yang sebenarnya belum siap, maka seiring dengan berjalannya waktu,mereka akan merasa bahwa banyak hal yang akan atau telah terampas selama mereka menjadi seorang istri dan pendamping. Namun bagi yang melangkah dengan ilmu dan dengan dasar beribadah dengan Allah, betapapun berat jalan ke depannya, hal itu akan dilalui dengan tenang dan ikhlas.

Pernahkah kita melihat seorang istri yang menyuguhkan wajah kurang sopan setelah mengetahui hal yang dilakukannya kurang mendapat penghargaan dari suami?. Ternyata disinilah cara cantik Allah dalam mengajarkan indahnya keikhlasan kepada para wanita. Keikhlasan dalam pengabdian. Dan hasil akhirnya tergantung para istri itu sendiri, tetap bersabar, ikhlas dan tawakkal, ataukah memilih jalan emosi dan perasaannya saja. Namun, satu hal yang pasti, Allah adalah yang maha membalas atas pilihan hidup yang kita jalankan.

Subhanallah, pernahkah kita berpikir betapa indah cara mendidik Allah yang tetuang dalam sebuah pengabdian kepada para suami kita?. Tidak bisa kita pungkiri bahwa para laki laki, adalah pemimpin para wanita. Namun, walaupun beliaunya adalah seorang pemimpin,  mereka tetaplah manusia biasa.
Para suami  bukanlah seorang tanpa cela, adakalanya pula mereka berbuat kesalahan yang sama dengan yang dilakukan para istri. Bukankah tiada yang sempurna kecuali Allah subhana wata'ala. Jika sebuah kekurangan dalam diri suami tersebut disikapi dengan kehangatan sikap sebagai sebuah pengabdian sang istri, maka hal tersebut justru menjadikan Puncak dan sekaligus landasan bagi segala daya tarik seorang istri.

Ketika suami yang melihat ketekunan istrinya menjalankan ibadah dan mengikhlaskan segala cinta, aktifitas dan kerja-kerjanya semata untuk mengharapkan keridhoan Ilahi, tentu saja akan semakin menghangat hatinya, dan keinginan untuk menjadi lebih baik dalam segala halpun InsyaAllah akan semakin menguat. Dan, yang terindah dari semua itu, sang istri akan menggapai kemuliaan dirinya di hadapan Allah Penguasa Alam Semesta dan di hadapan segenap makhlukNya.

Ternyata memanglah benar, mengabdi bukan berarti membungkam kekuatan wanita. Lewat sikap ini, wanita menunjukkan bahwa dia bukan hanya mahluk yang memiliki kelembutan hati dan tutur serta sikap santun, akan kekuatan tersembunyi yang luar biasa.

Pahit getir kehidupan serta kepedihan seringkali dihadapi istri dalam mendampingi suami. Tidak jarang pula cobaan-cobaan tersebut terkadang serasa di luar batas kesanggupannya sebagai individu untuk menghadapinya, namun ketika pengabdian sudah terpatri dalam hati, maka siapapun akan terperangah, bagaimana mahluk yang kita pandang lemah lembut dan ringkih, wanita, bisa menghadapi semua itu.

Dalam pengabdian, juga terkandung makna menutupi aib dan atau kekurangan pasangan kita.Susah memang untuk tetap tersenyum menghadapi kenyataan yang mungkin bahkan jika kekurangan suami kita telah diketahui begitu banyak manusia di luar sana.

Memanglah tidak semudah mengatakan untuk selalu tersenyum sambil menceritakan kebaikan-kebaikan suami kita sedangkan disisi lain kitapun mengetahui segala keburukannya. Namun sekali lagi, jika hal tersebut disikapi dengan kehangatan sikap sebagai sebuah pengabdian sang istri, maka hal tersebut justru menjadikan Puncak dan sekaligus landasan bagi segala daya tarik seorang istri.

Bukan main ternyata akhlak yang dimiliki wanita yang benar-benar mengabdi pada suami mereka atas dasar beribadah kepada Allah subhanahu wata'ala.

Oleh : Syahidah