(: ASSALAMU’ALAIKUM WAROHMATULLAH WABAROKATUH :)

Sabtu, 22 Januari 2011

Akhwat Mengkhitbah Ikhwan

Mendengar seorang ikhwan yang mengkhitbah seorang akhwat, itu biasa. namun bagaimana jika kita mendengar seorang akhwat yang mengkhitbah seorang ikhwan? seperti Aisyah yang berani melamar seorang Fahri dalam film Ayat-Ayat Cinta? Walaupun bukan sesuatu yang luar biasa, namun perkara akhwat yang melamar seorang ikhwan masih jarang terjadi. Hal ini disebabkan masih melekatnya sebuah ajaran etika dalam adat ketimuran kita bahwa, pria harus-lah yang lebih dulu berinisiatif (baca: melamar) dan wanita itu sifatnya hanya menunggu. Dan anggapan lain bahwa wanita yang mengajukan dirinya untuk seorang pria adalah wanita yang tidak mempuyai harga diri, tidak laku dsb. Selain itu masih ada juga anggapan beberapa ikhwan yang tidak menyukai jika seorang akhwat yang berinisiatif terlebih dahulu.

Sebelum saya menjawab, atau lebih tepatnya membantah pendapat-pendapat tersebut, saya ingin menjelaskan terlebih dahulu, apa alasan saya menulis judul seperti ini?

Suatu hari saya berkunjung ke kost-an sahabat saya. Ketika itu dia bercerita bahwa seminggu yang lalu dia baru saja menolak lamaran seorang ikhwan yang mengajaknya untuk bersama-sama menyempurnakan separuh agama (baca:menikah). Alasannya simple, “saya tidak merasakan chemistry dengannya dan saya juga masih sementara kuliah”. Cerita itu tidak mengagetkan saya, namun yang mengagetkan saya adalah pengakuannya bahwa saat ini dia telah mengkhitbah seorang ikhwan. Sesaat saya terdiam, saya hampir tidak percaya. Sebab seperti yang saya jelaskan barusan, sahabat saya ini adalah seorang akhwat yang masuk urutan utama jncaran para ikhwan alias primadona para ikhwan. Jika Rasulullah mengajarkan kepada para ikhwan ketika memilih seorang istri dengan melihat 4 kriteria, sahabat saya memiliki semua itu. Wajahnya cantik dengan fisik yang sempurna. Keturunannya baik, hartanya lumayan, dan yang terakhir agamanya insya allah tidak diragukan, saya melihatnya dari pengorbanannya terhadap dakwah. (cat : “kembali, tidak ada manusia yang sempurna ^_^). Kadang hanya dalam beberapa minggu, ada saja ikhwan yang ditolaknya.
Dia kemudian bercerita bahwa ikhwan yang dikhitbahnya adalah teman sekolahnya ketika di bangku SMA dulu. Yang membuat sahabat saya tertarik pada ikhwan tersebut sewaktu masih di bangku SMA yaitu, ikhwan tersebut mempunyai sifat bertangung jawab, baik, dan ramah, shalatnya-pun sempurna 5 waktu, walaupun saat itu ikhwan tersebut belum belajar atau mengenal islam secara kaffah (sempurna). Di kelasnya ikhwan tersebut, mampu menyelesaikan pertengkaran antar teman-temannya dengan bijak. “dia punya kharisma ukhti”. ucapnya pada saya. Dan sahabat saya pun pada akhirnya jatuh cinta untuk yang pertama kali pada ikhwan tersebut. Hatinya semakin sesak ketika ia mengetahui bahwa sang ikhwan tersebut juga mempuyai perasaan yang sama padanya Namun sahabat saya hanya bisa memendam apa yang ia rasakan. dalam hatinya.. Kenapa? Sebab saat di bangku SMA ,sahabat saya sudah berubah menjadi seorang *akhwat. Dari kajian islam yag diikuti sahabat saya, dia mengetahui bahwa pacaran dalam islam tidak dibenarkan dan hukumnya adalah haram. Karena itu dia memutuskan unuk menyimpan sendiri rasa cinta dalam hatinya. Hingga mereka berdua lulus sekolah. Keduanya pun pergi menimba ilmu di dua pulau yang berbeda. Sampai akhirnya dua pulau itulah yang menjadi jarak pemisah diantara mereka berdua yaitu antara pulau Sulawesi dan pulau Jawa. { sedihnya…. :’( }

Empat tahun sudah mereka berpisah. Kesibukan dakwah dan kuliah membuat sahabat saya lupa sejenak dengan perasaannya. Singkat cerita…sahabat saya sedang mengikuti kegiatan seminar nasional di pulau Jawa. Dunia memang begitu kecil, dan tanpa sengaja, mereka berdua dipertemukan di kampus tempat ikwan tersebut menuntut ilmu.. Siapa yang sangka, cinta yang telah lama terpendam kini bergejolak kembali. Apalagi sahabat saya mendapat informasi dari wanita teman sekolahnya yang kini sekampus dengan ikhwan tersebut bahwa si ikhwan tersebut sudah berubah pula menjadi seorang *ikhwah yang sebenarnya, dan sudah menjadi aktifis dakwah islam. Hati sahabat saya semakin terpesona. Dan akhirnya ia memutuskan dengan mantap untuk meminang ikhwan tersebut, mengajuka proposal cintanya pada ikhwan pujaan hatinya….(he…he….lebay yah…^_^)
Yang membuat saya begitu bangga pada sahabat saya adalah, alasan mengapa dia meminang ikhwan tersebut. Dia berkata, karena dia adalah seorang akhwat parimadona para ikhwan. Dia tak ingin lagi melukai hati ikhwan-ikhwan yang lainnya, dia tak ingin memunculkan fitnah bahwa dia seorang akhwat yang pemilih. Dan terlebih karena dia takut hatinya akan melakukan zina hingga membuatnya malu pada Allah. Dan sebuah alasan yang menurut saya indah yaitu, karena hatinya masih ada terukir nama ikhwan tersebut. Diapun berujar , “saya tau mungkin menurut orang ini memalukan, tapi saya tak ingin terus berada dalam kegamangan. Ketika seorang hamba mempunyai sebuah permintaan pada Tuhannya, dia harus melakukan dua persyaratan yaitu berdoa dan berikhtiar. Saya sudah berdoa kepada Allah agar saya diberikan pilihan yang terbaik menurut Allah, saya tidak kecewa jika nantinya allah memberikan pilihan yang lain. Namun saya juga menyelipkan doa permintaan bahwa, jika boleh, saya ingin meminta ikhwan tersebut pada Allah, dan jika boleh, Allah menghadirkan kepada ikhwan tersebut perasaan yang sama seprti yang saya rasakan padanya. Doa sudah saya panjatkan,,,dan ikhtiaranya…saya memberanikan mengajukan diri pada ikhwan tersebut.”
Saya kemudian bertanya, “bagaimana kalau nantinya ukhti ditolak“? Sahabat saya kemudian terdiam sesaat. Dan kemudian berkata dengan mimik wajah yang serius. “iya ya ukhti, gimana kalau saya ditolaknya? Ah terkadang saya berpikir kenapa saya begitu bodoh dan tolol mengajukan diri pada seorang ikhwan sementara disatu sisi, banyak ikhwan yang lain pula yang mengajukan diri pada saya. Ukhti, saya juga manusia biasa, terlebih saya seorang wanita. Saya takut kalau-kalau dia menolak lamaran saya. Saya pasti akan sangat malu. Tapi biarlah….toh saya bukan seorang akhwat yang murahan. Sebab saya mengajukan diri padanya untuk menjaga iffah saya sebagai seorang muslimah.,….dan apa boleh buat… nasi sudah menjadi bubur….saya siap dengan segala konsekuensinya”. Subhanallah….
Gimana, cerita tentang sahabat saya tersebut? Sangat mengharukan bukan. Lalu bagaimana islam memandangnya?

Apa yang dilakukan oleh sahabat saya tersebut dengan mengajukan dirinya pada seorang ikhwan, pernah juga dilakukan oleh calon wanita penghuni surga yaitu Khadijah. Ketika Khadijah jatuh cinta pada Muhammad dan kemudian meminta saudaranya untuk melamar sang rasul pilihan tersebut. Malah Khadijah terbilang sangat berani karena dia adalah wanita yang sudah berusia 40 tahun, berstatus janda dan jarak usianya cukup jauh dengn rasul dengan selisih 15 tahun. Tapi subhanallah, Rasul tak menganggap Khadijah sebagai wanita yang rendah, dan tidak mencelanya. Malah Rasul yang saat itu terkenal sebagai pemuda yang jujur malah merasa rendah diri dan menganggap bahwa dirinya tidak pantas disunting oleh wanita mulia seperti Khadijah. Dan pada akhirnya Rasul tak pernah berhenti bersyukur dianugerahi Khadijah oleh Allah, tak henti-hentinya Rasul mengucapkan terimakasih pada Khadijah yang telah memilihnya sebagai seorang suami dan hanya kepada Khadijah-lah Rasul memberikan cinta sejatinya….padahal Khadijalah yang terlebih dahulu mengajukan dirinya.

Namun sangat disayangkan, masih banyak diantara kita yang menganggap bahwa seorang wanita tidak pantas untuk mengajukan dirinya sebab itu akan menghinakan dirinya sendiri. dan terkadang masih ada saja ikhwan yang tanpa berpikir panjang langsung menolak ketika dipinang oleh seorang akhwat padahal akhwat tersebut bukan mengajaknya untuk berbuat sesuatu yang haram melainkan suatu perbuatan yang bernilai ibadah.

Oleh karena itu, pendapat saya pribadi, teman-teman akhwat yang berani mengajukan diri mereka kepada seorang ikhwan adalah sikap yang mulia. Alasan yang mendasari mereka adalah, mereka tak ingin hatinya terus berzina karena mempunyai perasaan pada seorang ikhwan. Dengan memberanikan mengajukan diri maka setidaknya mereka bisa mengetahui apakah ihwan tersebut mempunyai perasaan yang sama terhadap mereka atau tidak. Jika misalnya ya…maka perasaan cinta itu akan bernilai pahala ketika berakhir di pelaminan. Toh jika pada akhirnya nantinya mereka ditolak, mereka akan berhenti untuk mencintai dan kemudian mulai dari awal lagi menata hati untuk ikhwan yang berikutnya. Tapi bukan berarti akhwat yang tidak mengajukan dirinya itu tidak mulia, sebab pada dasarnya yang mengatur scenario bagaimana jalan pertemuan kepada jodoh kita, adalah Allah. Bukan begitu..?

Sekali lagi, saya ingin mengatakan betapa bangganya saya kepada sahabat saya tersebut. Dia berani untuk mengejar cintanya walaupun dengan konsekunesi menanggung malu jika ditolak. Bagi saya itu bukanlah hal yang memalukan, sebab dia berani mengajukan dirinya. Tidak seperti saya yang ketika itu hanya bisa melihat dan mengagumi seorang ikhwan dari kejauhan. Dan hanya berdoa kepada Allah untuk memilihkan padaku pilihan yang terbaik.

Sumber :
*** “Kebebasan Wanita”, jilid ke 3, karya Abdul Halim Abu Syuqqah, terbitan Gema Insani Press, 1999, Jakarta)

 

3 komentar:

  1. Assalamualaikum wbt..
    Subhanallah.. entri yang menarik.
    Sama-sama kita berdoa dan memohon petunjuk dariNya diiringi dengan usaha untuk memperbaiki diri ke arah yang lebih baik dan diredhaiNya dari masa ke semasa.. InsyaAllah..
    Salam ziarah..
    (:

    BalasHapus
  2. bismillah....
    salam kenal ukhty
    catatan yg bagus, semoga postingan anti membawa manfaat
    barokalloh fikum
    ^^

    BalasHapus
  3. subhanallah..anai aku bisa seperti sahabat anda, sunggu luar biasa keberaniannya..

    BalasHapus